TANDA-TANDA VITAL



   Pengukuran Tekanan Darah
1.      Nilai Normal dan Abnormal Tekanan Darah
Penilaian Tekanan Darah
No
Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Sistolik (mmHg)
Tekanan Diastolik (mmHg)
1
Normal
< 120
< 80
2
Pre-Hipertensi
120 – 139
80 – 89
3
Hipertensi Stage 1
140 – 159
90 – 99
4
Hipertensi Stage 2
> 160
> 100

2.      Alat Pemeriksaan :
a.       Manometer merkuri dan manometer aneroid
b.      Sphygmomanometer dan stetoskop
3.      Cara Pemeriksaan :
Prosedur pemeriksaan tekanan darah menggunakan 2 teknik, terdiri dari :
a.       Palpatoir
-          Siapkan tensimeter dan stetoskop
-          Posisi pasien boleh berbaring, duduk
-          Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian
-          Pasang bladder sedemikian rupa sehingga melingkari bagian tengah lengan atas dengan rapi, tidak terlalu ketat atau longgar. Bagian bladder yang paling bawah berada di 2 cm/2 jari diatas fossa cubiti. Posisikan lengan sehingga membentuk sedikit sudut (fleksi) pada siku.
-          Carilah arteri brachialis/radialis, biasanya terletak disebelah medial tendo muskulus biceps brachii
-          Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff, perkirakan tekanan sistolik palpatoir dengan meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan 30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan pasien dan untuk menghindari auscultatory gap. Setelah menaikkan tekanan cuff 30 mmHg tadi, longgarkan cuff samapi teraba denyutan arteri  brachialis (tekanan sistolik palpatoir). Kemudian kendorkan tekanan secara komplit .
-          Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah diastolik.
b.      Auskultatoir
-          Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari
-          Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat diatas arteri brachialis
-          Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg
-          Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik
-          Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi koroktoff I terdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik
-          Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyo koroktof V (bunyi terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik
-          Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali
 Pemeriksaan Nadi/Arteri
1.      Nilai normal dan nilai abnormal
a.       Nilai normal
Normal pada dewasa 60-100 kali/menit
b.      Nilai abnormal
-          Takikardia : > 100 kali/menit
-          Bradikardia: < 60 kali/menit
2.      Alat pemeriksaan
Menggunakan jari tangan
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
a.                    Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
b.                   Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
c.                    Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
3.      Cara pemeriksaan
-          Pasien dapat dalam posisi duduk atau berbaring. Lengan dalam posisi bebas dan rileks
-          Periksalah denyut arteri radialis di pergelangan tangan dengan cara meletakkan jari telunjuk dan jari tengah atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) diatas arteri radialis dan sedikit ditekan sampai teraba pulsasi yang kuat
-          Penilaian nadi/arteri meliputi: frekuensi (jumlah) per menit, irama (teratur atau tidaknya), pengisian dan dibandingkan antara radialis kanan dan kiri
-          Bila iramanya teratur dan frekuensi nadi terlihat normal dapat dilakukan hitungan selama 15 detik kemudian dikalikan 4, tetapi bila iramanya tidak teratur atau denyut nadinya terlalu lemah, terlalu pelan atau terlalu cepat dihitung sampai 60 detik
-          Apabila iramanya tidak teratur (irreguler) harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan auskultasi jantung.
Pemeriksaan Pernafasan
1.      Nilai Normal dan Abnormal
a.       Nilai Normal
-          Frekuensi pernafasan normal orang dewasa : 14 – 20 kali/menit
-          Pada keadaan istirahat 14-18 x/menit
-          Pada bayi bisa : 44 x/menit
b.      Nilai Abnormal
-          Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
-          Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
-          Apnea : Bila tidak bernapas
2.      Alat Pemeriksaan
Inspeksi dan palpasi
3.      Cara Pemeriksaan
-          Pasien dalam keadaan tenang
-          Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas.
-          Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan pernafasan pasien secara menyeluruh  (lakukan inspeksi ini tanpa mempengaruhi psikis penderita).
-          Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal,  epigastrium), penggunaan otot-otot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior rongga dada.
Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya  sudut epigastrium  dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.
-          Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya gerakan dinding dada.
-          Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada  dinding dada di luar lokasi bunyi jantung.
Pemeriksaan Suhu
1.      Nilai Normal dan Abnormal
a.       Nilai Normal
-          Suhu oral 36,5 - 37,5°C
-          Suhu rektal lebih tinggi dari suhu oral ± 0,4 - 0,5 0C
-          Suhu aksila lebih rendah dari suhu oral sekitar 0,5 0C - 1 0C
b.      Nilai Abnormal
-          Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C. Untuk mengukur suhu hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25 derajat Celcius.
-          Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40°C
-          Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
2.      Alat Pemeriksaan
Pengukuran suhu menggunakan termometer
3.      Cara Pemeriksaan
a.         Pengukuran Suhu Secara Oral
-          Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka 350C atau di bawahnya dengan cara mengibaskan termometer beberapa kali.
-          Letakkan ujung termometer di bawah salah satu sisi lidah. Minta pasien untuk menutup mulut dan bernafas melalui hidung.
-          Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
-          Apabila penderita baru minum dingin atau panas, pemeriksaan harus ditunda selama 10-15 menit agar suhu minuman tidak mempengaruhi hasil pengukuran.
b.        Prosedur Pengukuran suhu aksila
-          Turunkan air raksa sedemikian sehingga air raksa pada termometer menunjuk angka 35ยบ C atau dibawahnya.
-          Letakkan termometer di lipatan aksila. Lipatan aksila harus dalam keadaan kering. Pastikan termometer menempel pada kulit dan tidak terhalang baju pasien.
-          Jepit aksila dengan merapatkan lengan pasien ke tubuhnya.
-          Tunggu 3-5 menit. Baca suhu pada termometer.
c.         Pengukuran suhu secara rektal
-          Pemeriksaan suhu melalui rektum ini biasanya dilakukan terhadap bayi.
-          Pilihlah termometer dengan ujung bulat, beri pelumas di ujungnya.
-          Masukkan ujung termometer ke dalam anus sedalam 3-4 cm.
-          Cabut dan baca setelah 3 menit


Artikel Lainnya: